Profil Desa Tirip

Ketahui informasi secara rinci Desa Tirip mulai dari sejarah, kepala daerah, dan data lainnya.

Desa Tirip

Tentang Kami

Profil Desa Tirip, Kecamatan Wadaslintang, Wonosobo, sebuah wilayah agraris dengan potensi kopi robusta dan agroforestri. Ulasan mendalam mengenai kondisi geografis, demografi, perekonomian, serta tantangan pembangunan di salah satu desa penyangga Waduk W

  • Pusat Agraris

    Perekonomian desa sangat bertumpu pada sektor pertanian, dengan komoditas unggulan berupa kopi robusta dan sistem agroforestri yang memadukan tanaman sengon dan kapulaga.

  • Lokasi Strategis

    Terletak di Kecamatan Wadaslintang dengan luas 8,13 km², desa ini memiliki posisi penting sebagai penghubung antar desa di wilayah selatan Kabupaten Wonosobo.

  • Semangat Pembangunan Komunitas

    Peningkatan infrastruktur, khususnya jalan, menjadi prioritas yang dijalankan melalui program pemerintah dan partisipasi aktif masyarakat dalam semangat gotong royong.

XM Broker

Terletak di antara perbukitan yang menjadi ciri khas dataran tinggi Wonosobo, Desa Tirip di Kecamatan Wadaslintang menjelma sebagai representasi wilayah agraris yang terus berupaya mengoptimalkan potensi sumber daya alamnya. Jauh dari hiruk pikuk pusat kabupaten, desa ini menyimpan potensi ekonomi yang berpusat pada sektor pertanian dan perkebunan, sambil menghadapi tantangan modernisasi dan pembangunan infrastruktur yang merata. Dengan latar belakang alam yang subur, Desa Tirip menjadi salah satu penopang penting bagi perekonomian lokal di bagian selatan Kabupaten Wonosobo.


Kondisi Geografis dan Wilayah Administrasi

Desa Tirip secara administratif merupakan salah satu dari 17 desa/kelurahan di Kecamatan Wadaslintang, Kabupaten Wonosobo, Provinsi Jawa Tengah. Berdasarkan data pemetaan, luas wilayah Desa Tirip yakni sekitar 8,13 kilometer persegi. Letaknya yang berada di kawasan perbukitan menjadikan kontur tanah di wilayah ini bervariasi, dari landai hingga terjal, yang memengaruhi pola pemukiman dan jenis lahan pertanian yang dikembangkan oleh masyarakat.Secara geografis, Desa Tirip berbatasan langsung dengan beberapa desa lain yang turut menopang ekosistem sosial dan ekonomi di sekitarnya. Di sebelah utara, wilayahnya bersebelahan dengan Desa Ngalian dan Desa Gumelar. Batas timur desa bertemu dengan Desa Besuki, sementara di sisi selatan berbatasan dengan Desa Panerusan. Adapun di sebelah barat, Desa Tirip berdampingan dengan Desa Ngalian, Kelurahan Wadaslintang dan Desa Trimulyo. Lokasinya yang strategis ini menempatkan Desa Tirip pada jalur perlintasan antar desa di dalam kecamatan.

Demografi dan Struktur Kependudukan

Meskipun data kependudukan terbaru secara resmi belum dipublikasikan, informasi dari berbagai sumber non-pemerintah memperkirakan jumlah penduduk Desa Tirip berada di kisaran 6.000 jiwa. Dengan luas wilayah 8,13 km², maka kepadatan penduduk desa ini diperkirakan mencapai sekitar 738 jiwa per kilometer persegi. Angka ini menunjukkan tingkat kepadatan yang cukup sedang untuk sebuah wilayah perdesaan.Struktur demografi di Desa Tirip, sebagaimana desa-desa lain di kawasan Wonosobo, didominasi oleh penduduk dalam usia produktif. Namun seperti banyak wilayah agraris lainnya di Indonesia, desa ini juga menghadapi fenomena urbanisasi, di mana sebagian generasi mudanya memilih untuk merantau ke kota-kota besar demi mencari peluang kerja di luar sektor pertanian. Hal ini menjadi sebuah tantangan tersendiri bagi regenerasi petani dan keberlanjutan sektor pertanian di masa depan. Masyarakatnya tersebar di beberapa dusun, yang menjadi pusat-pusat pemukiman dan kegiatan sosial kemasyarakatan.

Pilar Ekonomi Berbasis Agraris

Perekonomian masyarakat Desa Tirip sangat bergantung pada sektor pertanian dan perkebunan. Lahan yang subur menjadi modal utama bagi warga untuk membudidayakan berbagai komoditas yang memiliki nilai ekonomi. Salah satu potensi yang cukup menonjol dari desa ini ialah pengembangan kopi robusta. Sejak beberapa tahun lalu, kelompok-kelompok tani di Desa Tirip telah aktif mengembangkan budidaya kopi ini sebagai upaya diversifikasi tanaman dan peningkatan pendapatan.Selain kopi, sistem agroforestri juga menjadi andalan perekonomian lokal. Praktik tumpang sari antara tanaman kayu seperti sengon dengan komoditas perkebunan bernilai tinggi, yaitu kapulaga (kapulogo), telah terbukti memberikan keuntungan finansial yang signifikan bagi para petani. Pola tanam ini tidak hanya memberikan hasil panen jangka pendek dari kapulaga, tetapi juga investasi jangka panjang dari kayu sengon, sekaligus menjaga kelestarian lingkungan melalui praktik pertanian berkelanjutan. Mayoritas penduduk bekerja sebagai petani, baik sebagai pemilik lahan, penggarap, maupun buruh tani, yang menjadikan sektor ini sebagai denyut nadi utama kehidupan ekonomi desa.

Pembangunan Infrastruktur dan Semangat Gotong Royong

Pembangunan infrastruktur, terutama akses jalan, menjadi salah satu fokus utama pemerintah desa dan masyarakat dalam beberapa tahun terakhir. Peningkatan kualitas jalan desa tidak hanya memperlancar mobilitas warga, tetapi juga menjadi kunci untuk membuka akses ekonomi, mempermudah pengangkutan hasil bumi ke pasar, dan meningkatkan konektivitas dengan wilayah lain. Semangat gotong royong masih menjadi bagian penting dari budaya masyarakat Desa Tirip dalam proses pembangunan. Berbagai kegiatan perbaikan dan pembangunan pondasi jalan kerap dilakukan secara swadaya oleh warga, yang kemudian didukung oleh alokasi dana dari pemerintah.Pemerintah daerah dan pusat juga turut memberikan perhatian pada infrastruktur di sekitar wilayah Wadaslintang, termasuk modernisasi jaringan irigasi yang bersumber dari Waduk Wadaslintang. Program-program ini diharapkan dapat meningkatkan produktivitas pertanian melalui pengelolaan air yang lebih efisien. Meskipun demikian, sejumlah pemberitaan media lokal menunjukkan adanya tantangan dalam pelaksanaan beberapa proyek pembangunan di tingkat dusun, yang menuntut transparansi dan pengawasan untuk memastikan kualitas dan manfaatnya bagi masyarakat luas.

Potensi dan Tantangan ke Depan

Di bawah kepemimpinan Kepala Desa Teguh, Desa Tirip terus berupaya untuk bergerak maju. Potensi agraris yang dimiliki, terutama kopi robusta dan model agroforestri, merupakan aset berharga yang dapat terus dikembangkan menjadi produk unggulan desa. Peningkatan kapasitas kelompok tani melalui pelatihan dan pendampingan menjadi krusial untuk meningkatkan kualitas produksi dan nilai jual hasil panen.Meski demikian, tantangan yang dihadapi tidaklah sedikit. Ketersediaan data yang akurat dan terkini menjadi salah satu kendala dalam perencanaan pembangunan yang presisi. Selain itu, belum munculnya potensi pariwisata spesifik di dalam desa membuat Tirip belum dapat memanfaatkan ceruk ekonomi dari sektor wisata yang berkembang di sekitar Waduk Wadaslintang. Ke depan, sinergi antara pemerintah desa, masyarakat, dan pihak terkait lainnya sangat diperlukan untuk mengidentifikasi dan mengembangkan potensi unik yang dimiliki, baik di bidang budaya, kerajinan, maupun agrowisata, demi mewujudkan Desa Tirip yang lebih mandiri dan sejahtera.